Reach your dream as high as possible and Don't be afraid to make your dream to be real :)
Kamis, 20 Desember 2012
kisah aku 2
kisah aku
Minggu, 16 Desember 2012
Kampus 8
Catatan Jurnalis 1
Jumat, 14 Desember 2012
METAMORFOSIS
Kepada Yang tercinta
Teruntuk Cinta
EKSPEDISI BSI 25
Sabtu, 06 Oktober 2012
Perahu Kertas
Perahu kertasku kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya
Perahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri
Hidupkan lagi mimpi-mimpi
(cinta-cinta) cita-cita
Yang lama ku pendam sendiri
Berdua ku bisa percaya
Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Tiada lagi yang mampu berdiri halangi rasaku
Cintaku padamu…
Rabu, 22 Februari 2012
Sekeping Kasih Yuan
Dari sini kisahku berawal. Namaku Yuan. Aku dibesarkan di Panti Asuhan. Aku tidak pernah tahu siapa orang tua kandungku. Yang aku tahu, Ibu panti menemukan aku menangis ditengah dinginnya malam. Walaupun aku hanya tinggal di Panti Asuhan, aku merasa sangat bahagia karena mempunyai teman-teman yang selalu mengasihiku.
Suatu hari ada sepasang suami istri datang ke panti. Perawakan mereka seperti Chinese. Saat hendak memasuki ruang Ibu panti, mereka sempat melihatku. Entah mengapa aku merasa sangat dekat dengan mereka. Begitu melihatku, mereka langsung mendekatiku dan mengobrol sebentar denganku.
Ternyata mereka mengalami hal yang sama seperti yang ku alami. Mereka kehilangan anak perempuan mereka yang masih bayi. Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya mereka menuju ruangan ibu panti. Entah apa yang mereka bicarakan. Aku hanya terdiam di halaman depan panti tanpa ada rasa penasaran sedikitpun. Setelah itu mereka pergi.
Keesokan harinya mereka kembali lagi, mereka kemudian masuk ke ruangan ibu panti. Tanpa mengulur waktu, ibu panti keluar dan menghampiriku. Lalu beliau menyuruhku untuk segera berkemas-kemas. Tanpa kuduga, ternyata mereka memilihku untuk mereka adopsi. Sedih bercampur senang memenuhi ruang hatiku. Disatu sisi aku senang karena akhirnya aku mempunyai orang tua. Namun disisi lain, aku harus berpisah dengan teman-temanku yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Setelah selesai berkemas, aku segera berpamitan dengan teman-teman dan ibu panti. Akupun berjanji akan sering main ke panti.
Sepanjang perjalanan aku berharap, aku akan mendapatkan saudara-saudara yang baik seperti saat aku dipanti. Tapi sepertinya aku salah. Saat aku tiba dirumah baru, aku disambut oleh kakek dan nenekku serta saudara tiriku. Ada satu pemandangan yang membuat aku sangat bingung. Dalam keluarga itu terdiri dari kakek, nenek, kedua orangtuaku, delapan saudara tiriku dan aku sendiri.
Semula aku berpikir, mereka tidak mempunyai anak sama sekali. Ternyata alasan mereka mengadopsiku karena mereka mereka merasa bersalah telah meninggalkan putri terkecil mereka di sebuah klenteng dekat pemakaman cina. Oleh karena itu, mereka berharap dengan mengadopsiku, bisa sedikit mengobati rasa bersalah mereka kepada putri terkecil mereka.
Hari berlalu menjadi bulan, bulan pun berlalu menjadi tahun. Hingga aku menjadi gadis remaja. Sekarang usiaku delapan belas tahun. Banyak kisah yang aku alami selama berada dirumah ini. Satu dari delapan kakakku yakni ka Meilan selalu bersikap sinis kepadaku. Entah mengapa sepertinya ia merasa tidak senang dengan kehadiranku. Tapi beruntunglah ka Henry, anak yang tertua selalu ada saat aku mendapatkan gangguan dari ka Meilan.
Suatu hari kami mendapat kabar yang sangat memilukan. Ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Ibu menjadi sangat terpukul begitu pula dengan kakek, nenek dan kami anak-anaknya. Saat aku hendak melihat jasad ayahku. Tiba-tiba polisi memberikan sebuah kalung berleontin seperti keping mata uang yuan. Aku teringat dengan kalung yang selalu aku pakai saat aku masih berada di Panti Asuhan. Aku segera kembali ke rumah dan saat aku kembali ke rumah, rumah tampak sangat berantakan. Rupanya ibu sangat terpukul dengan kepergian ayah. Aku berusaha menenangkan ibu. Saat aku sedang menenangkan ibu, ka Meilan masuk kekamarku dan menemukan sebuah kalung yang kumiliki sejak lahir.
Dia kemudian keluar dari kamarku dengan mata berkaca-kaca. Dia memelukku dan meminta maaf telah menyakitiku selama ini. Ternyata aku adalah bagian dari keluarga ini. Aku adalah Suzy kecil yang sudah lama hilang. Ternyata selama ini, ayah dan ibu mengira aku sudah meninggal. Kenyataannya yang membuang aku di klenteng adalah saudara perempuan ibu yang tidak suka aku terlahir. Karena dengan aku terlahir, semua warisan kakek dan nenek akan jatuh kepadaku.
Aku segera mendekati ibu dan mengatakan bahwa aku adalah anaknya yang selama ini hilang. Kami pun saling berpelukan. Malam ini aku bersama ibu dan kakak-kakakku pergi kerumah sakit untuk menjemput jenazah ayah. Setibanya kami di rumah sakit, kami melihat bibi yang sedang menangisi jenazah ayah. Disamping bibi, ada dua orang polisi. Lalu aku bertanya apa yang terjadi. Ternyata bibilah yang menyebabkan ayah meninggal.
Bibi yang telah mengetahui bahwa aku adalah anak kandung orangtuaku yang masih hidup. Saat bibi berencana untuk menyingkirkanku, ayah mendengarkan pembicaraan bibi dengan pembunuh bayaran. Ayah bergegas pergi meninggalkan tempat bibi. Saat hendak meninggalkan tempat bibi, bibi menyadari kedatangan ayah. Bibi pun mengejar mobil ayah. Kejar-kejaran berlangsung antara ayah dan bibi. Malang bagi ayah, saat hendak menghindari truk, mobilnya terbanting ke sebuah parit. Dan mobil ayah terbanting hingga hancur. Ayah yang kehabisan darah akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Aku yang mendengar cerita bibi seolah tidak percaya dengan kepergian ayah. Tanpa terasa airmataku mengalir dan badanku terasa lemas. Kemudian pandanganku gelap dan aku pun jatuh pingsan. Beruntung ka Henry sigap menangkapku.
Saat itu aku bermimpi aku melihat ayah tersenyum dan aku berlari memeluknya. Aku sangat gembira. Didalam mimpiku, kami berjalan-jalan di sebuah Taman yang indah. Kami duduk di kursi taman dan sambil membelai rambutku, ayah berpesan agar kami menjaga ibu. Aku pun berjanji kepada ayah. Setelah itu ayah pergi dan aku pun terbangun dan menceritakan seluruh mimpiku. Akhirnya kami sekeluarga sepakat untuk tetap berada dirumah sakit.
Keesokan paginya, kami bersama mengurus jenazah ayah. Ka Henry dan ka Han memandikan jenazah ayah. Lalu kami menyolatkan ayah dan kami bergegas menuju pemakaman. Saat membuka kain ayah, aku melihat sebentuk senyuman dari wajah ayah yang tertidur. Mungkin hal itu pertanda ayah gembira karena aku telah berkumpul dengan keluargaku. Aku bersyukur Tuhan akhirnya mempertemukan aku dengan keluarga kandungku. Kami pun hidup dengan bahagia hingga akhir hayat. Tidak demikian dengan bibi yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada ayah dan keluargaku termasuk aku.
~The End~